Minggu, 06 September 2009

Di balik sukses industri padi Vietnam.

     Industri pertanian Vietnam dalam dua dekade belakangan ini mencatat rentetan prestasi spektakuler.  Di antaranya adalah tiba-tiba saja Vietnam sudah mencapai swasembada beras.  Bahkan menjadi salah satu produsen dan eksportir terkemuka dunia. Orang bertanya resep apa yang digunakan oleh Vietnam.
     Kerja keras dan disiplin tinggi tentu saja menjadi kunci sukses.  Juga kebijakan agraria pemerintah yang memberi kesempatan petani menguasai lahan cukup untuk digarap.  Namun kiranya tidak kalah pentingnya atau mungkin yang menjadi kunci utama adalah "keberanian" Vietnam mengadopsi teknologi modern, yakni teknologi nuklir untuk meningkatkan produksi padi.
     Ketika banyak negara masih sungkan atau ragu menggunakan teknologi radiasi nuklir untuk menghasilkan varietas mutant padi unggul, vietnam telah merangkulnya sebagai pilihan.  Informasi "Far Eastern Agricultur" mengungkapkan bahwa riset pengembangan vaietas padi unggul hasil mutasi oleh induksi radiasi nuklir diselenggarakan bersama Badan Tenaga Atom Internasional (International Atomic Energy Agency)/IAEA).  Lembaga penelitian Vietnam terlibat termasuk Cuu Long Delta Rice Research Institute di Can Tho.

baca selanjutnya ......
Pada pertengahan 1990-an kerjasama penelitian tersebut berhasil memperkenalkan seri varietas padi unggul mutant VND yang pendek, tidak mudah roboh dan mudah dipanen.  Belakangan muncul varietas VND 95-20 yang kini paling banyak digunakan petani di Vietnam terutama di kawasan Delta Mekong karena tahan salinitas dan resistensi terhadap hama serangga dan wereng coklat.
     Varietas mutant unggul menonjol lainya ialah VND 99-3 yang bisa dipanen 100 sejak tanam benih, sehingga bisa panen 3 kali setahun.
     Menurut Lembaga Ilmu-ilmu Pertanian Vietnam Bagian Selatan, tiga varietas hasil introduksi radiasi nuklir telah memberi keuntungan bersih bagi petani sejumlah US$ 348,4 juta pada tahun 2008.
     Aman, Sangat Effisien.
     Teknologi induksi mutasi bisa mendukung upaya mewujudkan ketahanan pangan sehingga semakin banyak negara yang mengadopsinya.
    Informasi "Far Eastern Agriculture" menyampaikan penjelasan serta seruan para pejabat tinggi IAEA dan FAO/IAEA Joint Division of Nuclear Tecniques in Food and Agriculture tentang kelayakan, keamanan dan effektivitas pembiakan tanaman pangan menggunakan teknologi nuklir induksi mutasi.  Seruan khusus demikian disampaikan oleh Dirjen IAEA Mohamad El Baradei.  Selama beberapa dekade IAEA bekerjasama dengan FAO telah membantu negara-negara anggota menghasilkan pangan yang lebih banyak, lebih baik dan lebih aman.  Sudah 3.000 varietas dari 170 spesies tanaman yang dilepas dengan penanganan langsung IAEA termasuk padi tahan salinitas tanah.
    Kepala Bagian Pembiakan dan Genetika Tanaman Divisi Bersama Teknik Nuklir IAEA/FAO, Pierre Lagoda menjelaskan bahwa dengan mutasi yang diinduksi (induced mutation) menggunakan mutagen seperti sinar gamma atau bahan kimia, proses mutasi spontan alami bisa dipercepat.  Mutasi spontan alami yang merupakan motor evolusi bisa menghasilkan varian yang kita butuhkan, tetapi itu membutuhkan waktu jutaan tahun dan survey miliaran hektar lahan.
     Keterpaparan pada radiasi mengubah cetak biru tanaman pada satu posisi dalam kode genetik dan menciptakan varian yang berbeda dari tanaman induk.  Mutant yang muncul sangat banyak dengan aneka karakter yang lalu bisa diseleksi untuk diserahkan kepada para pembiak tanaman.  " Dalam hal ini kita tidak memproduksi sesuatu yang tidak diproduksi oleh alam itu sendiri", jelas Lagoda.
     Dikatakanya teknologi ini merupakan solusi yang effiisien untuk membantu menghadapi harga pangan yang meningkat, perubahan iklim, kemerosotan kesuburan tanah dan masalah utama lainya.  Lebih cepat dari pembiakan konvensional yang butuh waktu 7-10 tahun.  Mutant hasil induksi bersifat ramah lingkungan dan murah biaya karena butuh lebih sedikit pestisida.
    Untuk menghilangkan keraguan masyarakat terhadap istilah radiasi dan mutasi, Pierre Lagoda menegaskan bahwa produk pangan yang dihasilkan aman, tidak perlu diragukan.  Karena setelah induksi mutasi tidak ada residu radiasi yang tinggal pada tanaman (Sumber : Sinar Tani, Edisi September 2009 No. 3319 Tahun XL)
   
    

Tidak ada komentar: