Kamis, 05 Februari 2009

Strategi Penyuluhan Pertanian di Era Krisis Harga Pangan

Pasar global telah menciptakan para spekulan, untuk menentukan dan mempermainkan harga-harga komoditas di tingkat perdagangan internasional. Lalu bagaimana dengan kondisi negara Indonesia, di tengah krisis global harga pangan dan BBM ini? Lebih spesifik lagi, bagaimana pula dengan nasib para petani di negara yang kita cintai ini, sebagai produsen pangan dan tingkat kelayakan hidup, korelasinya dengan lonjakan harga pangan tersebut? 



Penyuluhan Pertanian yang antisipatif Sesungguhnya apa yang terjadi pada diri petani saat ini, yang juga merupakan faktor kelemahan dalam berusahatani adalah, bahwa kegiatan usahatani yang dikelolanya, tidak dikerangkai oleh karakter agribisnis. Pola pikir dan pola kerja yang demikian inilah, membuat susahnya para petani untuk diajak, pada kegiatan bahwa usahatani itu adalah urusan bisnis. Sehingga prinsip-prinsip efektif dan efisiensi biaya produksi diabaikan ; kegiatan pencatatan, berorientasi pada keuntungan dan evaluasi kegiatan usahatani, praktis tidak ada dalam benak pikiran para petani. Yang penting kami menanam, memupuk dan beproduksi, itu saja prinsip-prinsip kerja, yang dipegang oleh para petani. Suatu hal ironis sekali, kalau sampai hari ini, para petani kita masih memegang kaidah-kaidah kerja seperti itu. Karena, hal ini akan dijadikan makanan empuk oleh para spekulan, untuk mengacak-acak harga komoditas milik para petani.
 
Penyuluhan Pertanian sebagai media pembelajaran dalam hal merubah perilaku : pengetahuan, ketrampilan dan sikap para petani, adalah media satu-satunya yang bisa melakukan pendekatan secara intensif, kepada kemampuan para petani. Sebagai media pembelajaran non formal, dalam mensukseskan ketahanan pangan dan agribisnis, tentu metodologinya harus bisa menjawab tantangan jaman, juga harus bisa mengantisipasi kondisi dunia pertanian ke depan. Karena gejolak ini akan terus terjadi, sehingga dibutuhkan warna kegiatan penyuluhan pertanian yang bisa " membaca tanda-tanda" jaman.

Seperti yang dirilis oleh FAO tersebut, tentang krisis harga pangan yang bisa nyampai hingga tahun 2020 . Hal ini menunjukkan, bahwa gejolak harga pangan terus naik, seiring dengan kebutuhan pangan yang variarif, yang dikonsumsi oleh penduduk dunia, sehingga dunia pertanian diperediksikan akan cerah sampai tahun tersebut . Oleh Ir. Hardi Susanto – PPL WIBI Wonomerto I Kab. Probolinggo.(Sumber : SINAR TANI)

2 komentar:

Unknown mengatakan...

ikutan ya bosssssssss
biar bisa share antar THL

Sugiana, SP. mengatakan...

Ok...bukan hanya THL-TBPP yang bisa share disini, semua orang yg tertarik dengan dunia pertanian silakan aja share dengan kami. Selamat datang n selamat berbagi.